HUBUNGAN ISLAM dan NEGARA di
INDONESIA
Nurul Hikmah. Kelas F
Hubungan antara Islam dan Negara
merupakan persoalan yang hingga kini masihm enjadi perdebatan actual sebagian
besar masyarakat Muslim Indonesia. Perdebatan ini sebenarnya merupakan bagian dari
masalah yang lebih besar tentang di mana posisi agama sebagai sebagai ajaran
tauhid. Sedangkan Negara adalah upaya perebutan kekuasaan.
1. Hubungan Islam Dan Negara Yang
Bersifat Antagonistik
Pemakalah melihat hubungan
kontradiksi ataupun antagonis antara Islam dengan Negara di
Indonesia didasari dengan dua factor:
Pertama; Gerakan-gerakan nasionalis
dimulai dengan pembentukan sejumlah kelompok belajar yang
bersekolah di Belanda.Para mahasiswa didikan Belanda ini sangat berbakat dan
terkesan dengan kemajuan teknis di Barat, dengan cita-cita Barat tentang
kebebasan individu.Dengan pengetahuan agama yang sebagian besar dangkal, agama
– terutama Islam – sebagai terikat dengan masalalu, tidak mampu memberikan
jawaban atas berbagai persoalan modern.Kaum nasionalis
percaya bahwa cara terbaik untuk mencapai kemerdekaan dan membangun Negara
Indonesia yang kuat adalah dengan mengikuti trensekuler barat dan membatasi
peran agama pada wilayah kepercayaan dan ibadah individual.
...........................
......................................
HUBUNGAN ISLAM dan NEGARA di
INDONESIA
Sri Rahmiyati - Kelas F
Masalah hubungan Islam dan Negara di
Indonesia merupakan peresoalan yang menarik untuk dibahas, karena tidak saja
Indonesia merupakan Negara yang mayoritas warga negaranya beragama Islam,
tetapi karena kompleksnya persoalan yang muncul. Mengkaji hubungan agama dan Negara
di Indonesia, secara umum dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) bagian, yakni
hubungan yang bersifat antagonistik dan hubungan yang bersifat akomodatif. Hubungan
antagonistik merupakan sifat hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antara
Negara dengan Islam sebagai sebuah agama. Sedangkan paham akomodatif, lebih
dipahami sebagai sifat hubungan dimana Negara dan agama satu sama lain saling
mengisi bahkan ada kencenderungan memiliki kesamaaan untuk mengurangi konflik (M.
Imam Aziz et.al., 1993: 105).
Abdul Aziz Thaba menambahkan bahwa setelah hubungan antagonistic, terjadi
hubungan agama dan Negara bersifat respirokal-krisis, yakni awal dimulainya
penurunan “tensi” ketegangan antara agama dan Negara.
Hubungan Agama dan Negara Yang Bersifat Antagonistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar