Minggu, 12 Oktober 2014

Tugas untuk mahasiswa



HUBUNGAN ISLAM dan NEGARA di INDONESIA


Nurul Hikmah.  Kelas  F
Hubungan antara Islam dan Negara merupakan persoalan yang hingga kini masihm enjadi perdebatan actual sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia. Perdebatan ini sebenarnya merupakan bagian dari masalah yang lebih besar tentang di mana posisi agama sebagai sebagai ajaran tauhid. Sedangkan Negara adalah upaya perebutan kekuasaan.
1. Hubungan Islam Dan Negara Yang Bersifat Antagonistik
Pemakalah melihat hubungan kontradiksi  ataupun  antagonis antara Islam dengan Negara di Indonesia didasari dengan dua factor:
Pertama; Gerakan-gerakan nasionalis dimulai dengan pembentukan sejumlah kelompok belajar   yang bersekolah di Belanda.Para mahasiswa didikan Belanda ini sangat berbakat dan terkesan dengan kemajuan teknis di Barat, dengan cita-cita Barat tentang  kebebasan individu.Dengan pengetahuan agama yang sebagian besar dangkal, agama – terutama Islam – sebagai terikat dengan masalalu, tidak mampu memberikan jawaban  atas  berbagai persoalan  modern.Kaum nasionalis percaya bahwa cara terbaik untuk mencapai kemerdekaan dan membangun Negara Indonesia yang kuat adalah dengan mengikuti trensekuler barat dan membatasi peran agama pada wilayah kepercayaan dan ibadah individual.

...........................
...................................... 


HUBUNGAN ISLAM dan NEGARA di INDONESIA
Sri Rahmiyati  -  Kelas F
Masalah hubungan Islam dan Negara di Indonesia merupakan peresoalan yang menarik untuk dibahas, karena tidak saja Indonesia merupakan Negara yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, tetapi karena kompleksnya persoalan yang muncul. Mengkaji hubungan agama dan Negara di Indonesia, secara umum dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) bagian, yakni hubungan yang bersifat antagonistik dan hubungan yang bersifat akomodatif. Hubungan antagonistik merupakan sifat hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antara Negara dengan Islam sebagai sebuah agama. Sedangkan paham akomodatif, lebih dipahami sebagai sifat hubungan dimana Negara dan agama satu sama lain saling mengisi bahkan ada kencenderungan memiliki kesamaaan untuk mengurangi konflik (M. Imam Aziz et.al., 1993: 105). Abdul Aziz Thaba menambahkan bahwa setelah hubungan antagonistic, terjadi hubungan agama dan Negara bersifat respirokal-krisis, yakni awal dimulainya penurunan “tensi” ketegangan antara agama dan Negara.

Hubungan Agama dan Negara Yang Bersifat Antagonistik


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar